KEKUATAN DOA
Kata “doa” berasal
dari bahasa Arab yang memiliki arti permintaan atau permohonan. K.H. Ahmadi Isa
dalam bukunya yang berjudul Doa-Doa Pilihan menjelaskan pengertian doa menurut
bahasa dan istilah.
Menurut bahasa, doa adalah merupakan
permintaan dan permohonan. Sedangkan menurut istilah, doa adalah penyerahan
diri kepada Allah SWT dalam memohon keinginan dan meminta dihindarkan dari hal
yang dibenci. Doa berarti ibadah. Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa berdoa
menjadi ibadah utama. Berdoa kepada Allah Swt. membuat setiap makhluk dicintai-Nya.
Untaian-untaian doa Islam yang banyak
sekali bisa kita dapatkan yang bersumber dari para Nabi, kelurga Nabi, sahabat,
tabi'in dan tabi'ut tabi'in memiliki
nilai sastra yang sangat tinggi dan indah. Menurut Dr. Ali
Syariati dalam bukunya yang berjudul Makna Doa, beliau mengklasifikasikan
karakter doa Islami menjadi tiga.
Pertama, ia merupakan percakapan dan dialog dengan
Allah Swt. Di dalamnya, sifat-sifat, kedudukan, dan zat Tuhan serta hubungannya
dengan makhluk, terutama manusia, segaja diutarakan. Jika kita hapuskan redaksi
percakapan itu, maka ia tampak seperti text book teologi, dan sama
sekali tidak serupa dengan doa-doa lazimnya. Yakni, ia tidak lagi menggambarkan
seorang yang memohon sesuatu dari Allah Swt., tapi ia merupakan percakapan
denganp-Nya. Doa Islam adalah sebuah ucapan dan seruan yang tingkat keindahan,
ketelitian, dan kedalamannya layak untuk dijadikan argumen terkuat, terdalam
dan terjeli akan wujud Allah Swt.
Kedua, iradat
atau kehendak Ilahi yang meluap di dalamnya. Iradat ini bukanlah berasal
dari hasrat dan kebutuhan material yang kita saksikan dan kenali. Tetapi, ia
adalah sesuatu yang berasal dari perangai-perangai yang terpuji dan
keutamaan-keutamaan yang mulia. Dalam
doa-doa islami anda akan sering menemukan permintaan atau doa seperti demikian
: “Allahumma, ya Allah! Anugerahkan kepada manusia seperti yang Dikau anugerahkan
padaku, keluargaku dan rakyatku dari nikmat kebajikan, kebahagiaan dan
keadilan. Ya Allah! Hindarkanlah kami semua dari kehinaan dan kerendahan.
Jagalah kami semua dari meminta-minta, berbuat zalim, dan kelemahan”.
Ketiga, adalah
saripati ideologisnya. Doa islami, mengandung dan mendiskusikan tema-tema
teologis, manusia, etika, masyarakat, dan hubungan interpersonal (antar
individu). Juga tema tentang takut dan lari dari bahaya dan petaka sosial,
individual, maupun moral. Ini
salah satu reflek kehendak. Ia bukan permintaan seseorang akan sesuatu hal
belaka, melainkan deklarasi hasrat, gelora, slogan, identitas, dan pandangan
hidup. Segi lain doa ini, tidak lebih kecil nilainya bila dibandingkan dengan
segi “pemenuhan kebutuhan”.
Dr. Ali Syariati selanjutnya,
menyampaikan bahwa doa-doa islami memiliki beberapa komposisi utama di
dalamnya, yakni: Pertama,
ia terhimpun dalam bahasa yang lugas dan elok. Tek-teks doa islami adalah karya
kesusastraan yang paling indah yang pernah ada. Ia adalah model bacaan terbaik
bagi para pecinta sastra berkenaan dengan kefasihan, kelugasan dan keelokannya. Dengan lain sisi, ini merupakan bukti
perhatian Islam akan estetika dan seni pada umumnya, selama keduanya mampu
mendukung penyempurnaan spiritual manusia. Islam tidak hanya mempedulikan hal-ihwal
estetika dan seni, tetapi juga dengan tegas meminta perhatian serius manusia
kepada keduanya; dan Kedua, adalah komponen-komponen musikalnya. Doa-doa
Islami tergabung dalam diksi-diksi (pilihan kata yang tepat) yang, jika
dilantunkan secara serasi, akan menjadi sebuah lagu yang indah. Dalam setiap
diksinya, anda akan menemukan huruf-hurufnya bernada musikal. Doa-doa itu
mazmur-mazmur (pujian-pujian Ilahi). Masing-masing kalimatnya seolah mengalir
secara musikal. Secara keseluruhan, ia adalah sebuah orkestra musik simfonis. Huruf-huruf
sekaligus arti masing-masingnya, menari bersama mengikuti melodi secara lincah
tetapi tetap khikmat. Ucapan indah itu akan sangat berkesan pada jiwa manusia.
Impresi (kesan) yang menyongsong kecintaan, kekuatan, serta pengaruh doa
padanya.
Berikut ini contoh beberapa untaian atau penggalan doa yang indah
yang diajarkan Ali bin Abi Thalib kepada sahabatnya:
Wahai Yang Mahacepat ridha-Nya!
Ampunilah orang yang tidak
memiliki apa pun kecuali doa,
karena Engkau melakukan apa yang
Engkau kehendaki
Wahai Yang nama-Nya adalah obat
Yang mengingat-Nya adalah
penyembuhan
Yang ketaatan kepada-Nya adalah
kekayaan
Kasihanilah orang yang modalnya
hanya harapan dan senjatanya hanya tangisan
Duhai Penabur karunia!
Duhai Penolak bencana!
Wahai Nur yang menerangi mereka
yang terhempas dalam kegelapan!
Wahai Yang Mahatahu tanpa
diberitahu!
Sampaikan shalawat atas
Muhammad dan keluarga Muhammad
Lakukan padaku apa yang layak bagi-Mu
Untaian
doa tersebut memiliki nilai makna yang sangat dalam. Ucapan indah ini sangat
berkesan pada jiwa manusia seperti yang disampaikan oleh Dr. Ali Syariati.
Impresi (kesan) kecintaan, kekuatan pemaknaan kata, serta memiliki pengaruh
yang besar pada pembaca doa tersebut.
Alexis
Carrel, seorang dokter bedah inovatif sekaligus ilmuwan asal Prancis
peraih Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1912 yang dikutip
oleh Dr. Ali Syariati pernah mengatakan bahwa "Doa adalah pusaka
yang selalu menyertai pendoa. Pendoa akan terimbas cahaya doa dan ibadah di
saat-saat diam dan bergeraknya, serta pada tatapan wajahnya. Pendoa akan selalu
bersama pusaka itu di mana pun dia berada".
Pada
dasarnya, perintah di dalam Al Quran untuk umat manusia beroda kepada Allah termuat
pada beberapa surat dan ayat, diantaranya adalah: Dan Tuhanmu berfirman,
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu” (QS Gahfir
ayat 60); Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu (Hai Muhammad) tentang Aku, maka
katakanlah kepada mereka bahwa Aku adalah dekat kepadanya dan Aku
memperkenankan doa orang yang berdoa kepada-Ku
(QS Al-Baqarah: 186);
Mohonlah kepada Allah Swt. sebagian dari anugerah-Nya” (Q.S. An Nisa: 32).
Rasulullah saw. bersabda menunjukkan betapa besar nilai doa
sekaligus merupakan anjuran memanjatkan doa, ”Tiada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah Swt. melebihi
doa.” Sabdanya dipertegas lagi dalam hadis berikut,”Doa adalah ibadah” (H.R.
Tirmidzi dan Abu Daud).
Apabila doa itu adalah ibadah atau bagian dari ibadah,
maka kesadaran akan kebutuhan manusia kepada Allah Swt. dan kesadarannya akan
ketidakmampuan selain-Nya untuk memenuhi harapannya dilukiskan Allah Swt. dalam
surat Al Fatihah: 5, ”Hanya
kepada-Mu kami mengabdi dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” Ucapan
ini berarti, tidak ada satu pun yang dapat menolong kecuali Allah Swt. Siapa
pun selain-Nya yang secara lahiriah memberi pertolongan, pada hakikatnya
kemampuannya itu bersumber dari Allah Swt. dan atas izin-Nya.
Maka dengan ini, hikmah-himah yang dapat dipetik adalah bahwa kita sebagai manusia tetap diwajibkan berdoa (tawakal) disamping melaksanaan ikhtiar-ikthiarnya, tujuanya adalah agar kita terhindar dari menjadi manusia yang bersifat sombong, angkuh dan sifat buruk lainnya yang lambat laun akan menghancurkan kedirian manusia itu sendiri.[]
Komentar
Posting Komentar