KEMULIAAN KALIMAT “BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM”
Oleh : William Hendri
Secara
etimologi menurut dari salah satu situs kementerian agama disebutkan bahwa
kalimat "Bismillahirrahmanirrahim" bisa dibagi menjadi tiga bagian.
Tiga bagian ini adalah "bismillah", "arrahman", dan
"arrahim".
Frasa "bismillah" terdiri dari tiga kata, yaitu
"bi", "ismi", dan "Allah. Bi berarti dengan, ismi atau
asma berarti nama, kemudian Allah. Dengan demikian, arti dari bismillah yaitu
dengan nama Allah atau diterjemahkan menjadi dengan menyebut nama Allah. Kata selanjutnya adalah "arrahman" yang berarti
sifat Allah yang Maha Pengasih. Kemudian "arrahim" yang berarti sifat
Allah yang Maha Penyayang.
Jika diterjemahkan secara utuh, maka arti “Bismillahirrahmanirrahim”
adalah dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Quraish
Shihab dalam tafsir Al Mishbah mengatakan, ketika kita memberi nama satu lokasi
atau bangunan - katakanlah Bandar Udara Soekarno Hatta - maka tujuannya antara
lain adalah untuk mengabadikan kedua tokoh yang berjasa dalam proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Kedua tokoh tersebut menjadi kekal paling tidak selama
apa yang menyandang namanya itu tetap wujud. Di sisi lain, ketika seorang ayah
menamai anaknya “Muhammad” maka ia mengharap kiranya sang anak memperoleh
berkat Nabi Muhammad saw. serta meneladani sifat-sifat beliau.
Pada dasarnya sudah menjadi bagian dari tradisi sebagian
kaum dan bangsa, entah tradisi mereka itu sesuai dengan ajaran Islam atau
tidak, untuk memulai pekerjaan-pekerjaan penting dengan menyebutkan nama-nama
orang-orang yang mereka hormati dengan harapan bahwa pekerjaan mereka akan
mendapatkan keberkahan. Wali-wali Allah selalu memulai suatu pekerjaan dengan
menyebut nama Allah, demikian pula Rasulullah saw. memulai dengan nama Allah
ketika pertama kali menghujamkan pedang ke tanah di masa peperangan khandaq.
Quraish
Shihab menjelaskan, bahwa dari segi makna dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya
kata Allah mencakup segala sifat-sifatNya, bahkan Dialah yang menyandang
sifat-sifat tersebut. Karena itu, jika kita berkata ya Allah, maka semua
nama-nama serta sifat-sifatNya telah dicakup oleh kata tersebut. Jika kita
menyebut nama Allah, maka pasti akan tenang di hati kita, demikian penegasan
penyandang Asma al-Husna, Allah Swt. dengan FirmanNya: “dengan mengingat
Allah, akan menjadi tentram hati” (QS. ar-Ra'd [13]: 28). Ketenangan itu
akan dirasakan bila kita menghayati sifat-sifatNya, kodrat dan kekuasaanNya
dalam mengatur dan memelihara segala sesuatu. Ketenangan dan ketentraman itu
lahir bila kita percaya bahwa Allah adalah Penguasa Tunggal dan Pengatur alam
raya dan yang dalam genggaman tanganNya segala sesuatu.
Kemudian
dalam kitab Al Mishbah disampaikan, bahwa sedemikian banyak sifat atau nama
Tuhan, namun yang terpilih dalam Basmalah hanya dua sifat, yaitu “ar-Rahman”
dan “ar-Rahim” yang keduanya terambil dari akar kata yang sama. Agaknya
kedua sifat ini dipilih, karena sifat itulah yang paling dominan. Dalam hal ini
Allah dalam Al-Quran menegaskan: “Rahmat-ku mencakup segala sesuatu” (QS. al
A'raf [7]:156).
Kedua
kata tersebut “ar-Rahman” dan “ar-Rahim” berakar dari kata “rahim”
yang juga telah masuk dalam pembendaharaan bahasa Indonesia, dalam arti “peranakan”.
Apabila disebut kata “rahim”, maka yang dapat terlintas di dalam benak
adalah “ibu dan anak” dan ketika itu dapat terbayang betapa besar kasih
sayang yang dicurahkan sang ibu kepada anaknya. Tetapi jangan disimpulkan bahwa
sifat Rahmat Tuhan sepadan dengan sifat rahmat Ibu, betapapun besarnya kasih
sayang ibu. Karena telah menjadi keyakinan kita bahwa Allah Swt. adalah wujud
yang tidak memiliki persamaan, dalam Dzat, sifat dan perbuatanNya, dengan
apapun, baik yang nyata atau dalam khayalan, dan dengan demikian hakikat dan
kapasitas rahmat-Nya, tidak dapat dipersamakan dengan hakikat dan kapasitas rahmat
siapapun. Rasulullah saw., “mendekatkan” gambaran besarnya rahmat Tuhan
dengan sabdanya: “Allah Swt. menjadikan rahmat seratus bagian. Dia menyimpan di
sisinya sembilan puluh sembilan bagian dan diturunkan-Nya ke bumi ini satu
bagian. Satu bagian inilah yang dibagi pada seluruh makhluk. (Begitu meratanya
sampai-sampai satu bagian yang di bagian itu diperoleh pula oleh) seekor
binatang yang mengangkat kakinya karena dorongan kasih sayang, khawatir jangan
sampai menginjak anaknya" (HR muslim).
Dengan
kata “ar-Rahman” digambarkan bahwa Tuhan mencurahkan rahmatNya,
sedangkan dengan “ar-Rahim” dinyatakan bahwa Dia memiliki sifat rahmat yang
melekat pada diri-Nya.
Selanjutnya.
ada juga ulama yang memahami kata “ar-Rahman” sebagai sifat Allah Swt.
yang mencurahkan rahmat yang bersifat sementara di dunia ini, sedang “ar-Rahim”
adalah Rahmat-Nya yang bersifat kekal. Rahmat-Nya di dunia yang sementara ini
meliputi seluruh makhluk, tanpa kecuali dan tanpa membedakan antara mukmin dan
kafir. Sedangkan rahmat yang kekal adalah Rahmat-Nya di akhirat, tempat
kehidupan yang kekal, yang hanya akan dinikmati oleh makhluk-makhluk yang
mengabdi kepada-Nya.
Kembali
kepada Basmalah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa dapat ditegaskan di sini
bahwa apabila seseorang memulai pekerjaannya dengan nama Allah atau atas nama
Allah, maka pekerjaan tersebut akan menjadi baik, indah dan benar atau paling
tidak akan terhindar pelakunya dari godaan nafsu, atau dorongan ambisi dan
kepentingan pribadi. Apabila anda menjadikan pekerjaan Anda bertitik tolak dari
pangkalan Ilahi dan demi karena Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang itu, maka
pastilah pekerjaan anda tidak akan mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Ia
bahkan akan membawa manfaat bagi diri, masyarakat dan lingkungan, bahkan
kemanusiaan secara keseluruhan.
Pengucap
Basmalah menurut Quraish Shihab ketika mengatakan ucapannya dengan kekuasaan
dan pertolongan Allah - bagi yang mengaitkannya dengan kata itu - maka
seakan-akan ia berkata, “Dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya pekerjaan
yang saya lakukan dapat terlaksana. Apapun aktivitas yang dilakukan, termasuk
menarik dan menghembuskan nafas, makan atau minum, gerak refleks atau sadar,
diam atau bergerak, semuanya tidak dapat terlaksana tanpa kekuasaan dan
pertolongan Allah. Di sisi si pengucap yang menghayati ucapannya akan menyadari
kelemahannya di hadapan Allah Swt., tetapi dalam saat yang sama ia memperoleh
kekuatan dan rasa percaya diri, karena ketika itu ia telah menyandarkan diri
kepada Allah Swt. sambil memohon bantuan-Nya.
Kemudian
disampaikan dalam kitab Al Mishbah, bahwa apabila seseorang memulai sesuatu
pekerjaan dengan nama Allah atau atas namaNya, maka pekerjaan tersebut akan
menjadi baik, atau paling tidak, pengucapnya akan terhindar dari godaan nafsu,
dorongan ambisi atau kepentingan pribadi, sehingga apa yang dilakukannya tidak
akan mengakibatkan kerugian bagi orang lain, bahkan akan membawa manfaat bagi
diri pengucapnya, masyarakat, lingkungan serta kemanusiaan seluruhnya.
Bismillahirrahmanirrahim yang terdiri dari sembilan belas huruf itu, adalah pangkalan tempat
muslim bertolak. Jumlah huruf-hurufnya sebanyak sembilan belas huruf. Demikian
pula dengan ucapan Hauqalah: “La haula wala quwwata illa billah”. Tiada
daya (untuk memperoleh manfaat) dan upaya untuk (menolak mudarat) kecuali
dengan (bantuan) Allah. Kalimat ini pun (bila ditulis dengan aksara yang
digunakan al-Quran) mempunyai sembilan belas huruf. Dengan demikian, permulaan
dan akhir usaha setiap muslim adalah bersumber dan berakhir pada kekuasaan
Allah yang Rahman dan Rahim, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu. Dalam
QS. al Muddatstsir [74]:30 dinyatakan bahwa penjaga neraka terdiri dari sembilan
belas malaikat. Basmalah dan Hauqalah yang masing-masing mempunyai sembilan
belas huruf itu, dapat menjadi perisai bagi seseorang yang menghayati dan
mengamalkan tuntunan kedua kalimat tersebut. Menjadi perisai terhadap
kesembilan belas penjaga neraka itu.
Selanjutnya
menurut Mohsen Qaraati, makna Bismillah adalah: pernyataan
keamanan seorang mukmin; rahasia tauhid; simbol kekekalan; rahasia cinta kepada
Allah dan rahasia tawakal; lambang kerendah hatian dan lambang ketidakberdayaan
dihadapan Allah Swt.; awal dari langkah menghamba dan beribadah; penjamin
kesucian amal-amal; hati selalu mengingat Allah; pernyataan misi bahwa Allah
adalah tujuanku dan bukan manusia; ucapan Allah dengan manusia dan ucapan
manusia dengan Allah; dan lain sebagainya.
Raden Syahid bin Tumenggung Wilatikta atau yang
lebih dikenal dengan Sunan Kalijogo (Sunan Kalijaga) adalah pemimpin para Wali
sangat melegenda di masyarakat Jawa. Dalam mendekatan diri kepada Allah Swt, Sunan Kalijaga
menggunakan dzikir sebagai sarananya. Dengan bacaan dzikir, diyakini akan
memudahkan umat untuk dekat dengan Allah Swt. Berbagai macam bacaan dzikir
beliau ajarkan kepada muridnya, begitupun cara berdzikirnya, mulai dzikir
lisan, dzikir nafas, dzikir qolbu, dzikir ruh, dzikir perbuatan dan lainnya.
Pola demikian dilakukan oleh Sunan Kalijaga agar
murid-muridnya tidak merasa berat dalam menjalankan dzikir. Dzikir yamg
diajarkan Sunan adalah dzikir berupa bacaan basmalah; "Bismillahirrahmanirrahim".
Bismillah merupakan dzikir paling sederhana, Bismillah bukan hanya pengakuan
seseorang terhadap ke-Tuhan-an-Nya Allah melainkan juga meneguhkan bahwa Allah
adalah dzat yang Rahman (pemurah/pengasih) dan Rahim (Penyayang). Sifat Rahman
berarti pemurah dan pengasih yang tidak memandang golongan atau kelompok
manusia, apakah muslim taat atau tidak. Bahkan mereka yang bukan Islam pun
mendapatkan Rahman-Nya. Allah menciptakan matahari yang menyinari semua mahluk,
manusia maupun hewan, baik muslim atau bukan, baik maupun jahat, laki-laki
maupun perempuan. Semua mendapat manfaat dari matahari yang merupakaan ciptaan
Allah. Karena itulah, Sunan Kalijaga biasanya mengajarkan kepada muridnya yang
baru, atau kepada para mualaf untuk melanggengkan (membiasakan) dzikir
basmallah. Dzikir ini juga diucapkan dalam setiap mengawali segala aktivitas.
Syekh
Burhanudin ulama besar penyebar agama Islam di Sumatera Barat yang berasal dari
Ulakan Pariaman, meyebarkan Islam melalui tradisi dan permainan yang berkembang
dalam masyarakat. Misalnya pada saat itu ada anak yang bermain, maka Syekh
Burhanudin bertanya kepada anak-anak tersebut, apa permainan yang kamu lakukan
coba terangkan kepadaku satu persatu, maka diterangkanlah oleh anak-anak itu
apa yang mereka mainkan. Seperti main galah, kelerang, dan lainnya. Lebih
lanjut Ali Imran Tuanku Kali Ulakan menjelaskan: “Kemudian Syekh Burhanudin
ikut pula dalam permainan, tetapi beliau memulai permainan dengan membaca doa,
dan beliau selalu memperoleh kemenangan, melihat kejadian itu maka bertanyalah
anak-anak kepada beliau. Ya tuanku, doa apa yang tuanku bacakan, maka Syekh
Burhanudin menjawab, dengan membaca Bismillah dengan pertolongan Allah. Itulah
ajaran yang beliau sampaikan kepada anak-anak. Begitulah Syekh Burhanudin
memberikan pelajaran kepada anak-anak dengan mencampurkan permainan. Beliau
mengajar dengan perkataan lemah lembut dan berangsur-angsur. Begitu juga
terhadap tingkah laku dan budi pekerti beliau rubah sedikit demi sedikit.”
Sungguh
sangat luar biasa dan betapa mulia dan agungnya kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” sebagai ayat pertama pada surat pembuka Al-Quran
yakni surat Al Fatihah ini dalam kehidupan kita sebagai umat muslim. Kalimat
ini dapat menjadi dzikir sederhana namun kaya manfaat bagi jiwa dan batin
manusia yang bertauhid kepada Allah. Mulai saat ini, marilah terlebih dahulu
kita mengucapkan kalimat agung “Bismillahirrahmanirrahim”
sebelum memulai segala aktiftas apapun.[]
AAMIIN ,semoga lancar sukses pelatihan menulis bukunya , ini tulisan sudah mantap ,salam kenal Saya ,Pak Rusmana Dari SMKN 5 jakarta
BalasHapusAlhamdulillah. Terima kasih banyak pak Rusmana. Salam kenal juga dari saya pak. Saya asal dari Tanjumngpinang Prov Kepulauan Riau.
Hapus